Saturday, 23 May 2015

Pengolahan Dendeng Ikan Lumat

PENGOLAHAN DENDENG IKAN
(Laporan Praktikum Teknologi Hasil Hewani)


OLEH:

KELOMPOK 2

Intan Ramadhani              1314051023
Ivana Regin S                   1314051024
Miendira Sefriadi                         1314051030
Siti Ma’rifah                     1314051045
Venni Elsa                       1314051049




JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


I.                   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah adalah ikan. Namun, ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mengetahui cara mengolahan ikan yang baikdan benar. Untuk mendaptakan hasil olahan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama proses pengolahan, seperti menjaga kebersihan bahan dan peralatan yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Manfaat mengkonsumsi ikan sudah banyak diketahui orang karena ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan untuk hidup lebih tinggi dari negara yang lain. Pengolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak (Margono et al., 1993).
Ikan merupakan bahan baku yang sangat mudah rusak, sehingga diperlukan pengolahan yang baik untuk memperpanjang masa simpan. Kegiatan pengolahan hasil perikanan merupakan aktivitas penting dalam kegiatan bisnis perikanan. Di samping untuk memanfaatkan ikan yang kurang digemari masyarakat, kegiatan pengolahan juga berperan dalam diversifikasi produk olahan ikan. Dengan adanya diversifikasi produk olahan, memungkinkan adanya pengembangan produk baru yang lebih diminati masyarakat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk olahan ikan terebut. Selama ini kegiatan pengolahan hasil perikanan pada umumnya dilakukan dengan berbekal keterampilan seadanya (Bahar, 2006).
Salah satu bentuk pengolahan ikan yang dapat meningkatkan nilai tambah adalah dendeng ikan, yang bisa dibuat dari ikan utuh, fillet daging ikan, dan daging lumat. Prinsip pembuatan dendeng adalah subtitusi air dari bahan dengan rempah-rempah sebagai bahan pengawet. Sedangkan untuk memperpanjang daya awet sebagian air dari bahan dihilangkan dengan proses pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pangan sampai sangat rendah sehingga   dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan dan memperpanjang daya simpannya. Untuk mengolah ikan menjadi dendeng diperlukan komposisi yang tepat. Peningkatan kualitas penerimaan konsumen terhadap tekstur dan mutu merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap produk  yang dihasilkan. Pengolahan ikan patin menjadi dendeng lumat ikan patin, diharapkan menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi dan menambah daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi olahan dari  ikan ( Astawan,2007).  
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum mengenai pengolahan ikan menjadi dendeng ikan adalah sebagai berikut.
1.      Mahasiswa dapat mengenal dendeng ikan dengan baik
2.      Mahasiswa mampu membuat dendeng ikan dari ikan utuh, fillet, maupun daging lumat











II .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dendeng Ikan
Dendeng ikan manis merupakan hasil pengolahan dan pengawetan dengan cara penggeringan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu, sehingga mempunyai rasa yang khas dengan tekstur yang empuk. Dendeng ikan dapat dibuat dengan rasa manis ataupun asin. Pada pembuatan dendeng ikan manis pemakaian gula pasir / gula merah berkisar antara 15 — 20%. Jenis-jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan dendeng ikan manis benyak sekali, tergantumg dari kondisi perikanan setempat. Hampir semua jenis ikan dari berbagai perairan dapat dibuat menjadi dendeng, kecuali ikan yang terlalu banyak mengandung lemak. Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas dan daya terima dendeng (Margono,1993).
Pembuatan dendeng di Indonesia umumnya menggunakan bumbu garam, gula, Iengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir. Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera makan. Gula menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi penguapan (Effendi, 1979)
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah (intermediate moisture food), yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu antara 15-50 persen. Kadar air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan daging yang telah dibumbui. Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying). Dibandingkan dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dip dan proses dapat dikontrol dengan baik (tidak tergantung kepada keadaan cuaca) Pada pengeringan dendeng, terik matahari atau suhu alat pengering tidak boleh terlalu panas karena permukaan dendeng akan menjadi retak-retak. Sebaliknya, bila sinar matahari kurang panas dan tidak terus-menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh (Effendi, 1979).
2.2 Ikan Lumat Patin
Ikan patin merupakan ikan hasil budidaya yang produksinya hampir meningkat setiap tahunnya, biasanya ikan ini dijual dalam keadaan segar dan juga dalam bentuk olahan seperti ikan asap dan ikan asin. Nilai ekonomis ikan patin dapat ditingkatkan dengan berbagai olahan dan cara yang benar, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan dendeng lumat ikan patin. Dendeng adalah produk pangan semi basah yang dapat dimakan tanpa rehidrasi dan tidak memberikan rasa kering pada produk. Dalam pembuatan dendeng biasanya diberikan rempah- rempah  sebagai  bumbu  yang berguna untuk menghasilkan aroma, rasa khas dan daya awet (Dewita,2012).
Pengolahan ikan patin menjadi dendeng lumat ikan patin, diharapkan menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi dan menambah daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi olahan dari  ikan.  Dendeng  lumat  ikan  patin juga dapat menjadi solusi bagi sebagian masyarakat yang menghindari kandungan kolestrol yang tinggi. Ikan sebagai sumber protein sangat berbeda dengan protein-protein yang dihasilkan oleh bahan makanan lainnya, selain itu ikan mengandung kolesterol yang rendah sehingga sangat sehat untuk dikonsumsi. Pembuatan dendeng lumat ikan patin diawali dengan penyiangan dan pembersihan ikan patin, pelumatan daging ikan patin, pencampuran bahan dan pembuatan adonan, pencetakan dan pengukusan dan terakhir pengeringan (Dewita, 2012).

2.3 Tepung Tapioka
Umumnya tapioka digunakan sebagai pengental pada tumisan karena efeknya bening dan kental saat dipanaskan. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Selain sebagai pengental, tapioka juga digunakan untuk pengenyal pada bakso, pengganti sagu pada pempek palembang, juga sebagai bahan baku kerupuk. Penambahan tepung tapioka dalam pembuatan dendeng ikan lumat akan mengakibatkan konsentrasi gula dalam adonan menjadi semakin sedikit. Semakin sedikit ditambahkan tepung konsentrasi gula dalam adonan banyak kemudian berinteraksi dengan protein dan mengalami reaksi hingga menghasilkan warna coklat pada dendeng lumat ikan patin (Susanto,1996).
Rasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi panerimaan konsumen terhadap suatu produk. Meskipim penilaian terhadap parameter lain lebih baik, tetapi jika rasa suatu produk tidak enak maka produk tersebut akan ditolak konsumen. Rasa khas dendeng lumat ikan patin ini cenderung ke arah bumbu rempah-rempah dan gurih. Rasa gurih pada dendeng lumat ikan patin ditimbulkan dari penambahan garam dan adanya asam glutamat yang cukup banyak dalam daging ikan patin (Susanto, 1996).


















III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 16 April 2015 Pukul 13.00-15.00 di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum berjudul pembuatan dendeng ikan ini adalah sendok, pisau, baskom, timbangan, dandang, meat grender, dan talenan.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu ikan laut berdaging tebal (telah dilumatkan) 240 gr, garam 6 gr, bawang merah giling 11 gr, bawang putih giling 23gr, asam jawa (tanpa biji) 3gr, ketumbar 4gr,lengkuas giling 7.2 gr, gula merah 45gr, dan tepung tapioka 45 gr.









3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ikan dicuci bersih
Ikan disiangi dan di fillet
Daging ikan yang telah di fillet dihancurkan dan ditimbang
Dihaluskan bumbu rempah kemudian ditimbang sesuai kebutuhan
Dicampur ikan dan bumbu hingga menjadi adonan
Tepung tapioka dicampurkan ke dalam adonan hingga merata
Dikukus selama 10 menit
Dicetak dalam loyang
Dioven T= 50°c




VI. PEMBAHASAN
4.1  Data Pengamatan
Adapun data pengamatan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Parameter yang diamati
Perlakuan
Daging lumat ikan dengan penambahan tapioka 100 gr (A1)
Warna
Sebelum di oven
Coklat agak terang
Setelah di oven
Coklat gelap sekali
Tekstur
Sebelum  di oven
Adonan kalis lembek menyatu diikat oleh tapioka.
Setelah  di oven
Keras dan kering sulit untuk dibelah.

Aroma

Sebelum di oven
khas aroma rempah sedikit tercium
Setelah  di oven
khas aroma rempah lebih menyengat tercium sejak pengovenan pertama.
Rasa
Sebelum di oven
Rempah belum menyatu dengan daging lumat ikan
Setelah di oven
Rempah meresap pada dendeng

4.2 Pembahasan
Ikan merupakan sumber protein yang tinggi dan sangat berbeda dengan protein-protein yang dihasilkan oleh bahan makanan lainnya. Selain itu ikan mengandung kolesterol yang rendah sehingga sangat sehat untuk dikonsumsi. Ikan harus diolah untuk meningkatkan daya simpan ikan. Pengolahan ikan menjadi produk olahan  bisa dibuat  dari ikan utuh,ikan fillet dan daging lumat. Ikan dapat diolah menjadi produk dendeng. Dendeng adalah panganan semi  basah yang berkadar air berkisar  20-40 % dapat dimakan tanpa dehidrasi dan tidak memberikan rasa kering pada produk(Paranginangin, 2002).
Dendeng ikan  merupakan produk olahan tradisional dan disukai olah banyak konsumen dari segala lapisan karena harganya mudah dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Produk ini merupakan usaha diversifikasi pemanfaatan hasil perikanan yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Dalam pembuatannya,jenis-jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan dendeng ikan  banyak sekali, tergantung dari kondisi perikanan setempat. Hampir semua jenis ikan dari berbagai perairan dapat dibuat menjadi dendeng, kecuali ikan yang terlalu banyak mengandung lemak. Pengolahan ikan patin menjadi dendeng lumat ikan patin, akan menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi dan menambah daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi olahan dari  ikan.  Dendeng  lumat  ikan  patin juga dapat menjadi solusi bagi sebagian masyarakat yang menghindari kandungan kolestrol yang tinggi. (Dewita, 2012).
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah (intermediate moisture food), yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu antara 15-50 persen. Kadar air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan daging yang telah dibumbui. Prinsip pengeringan pada pembuatan dendeng bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pangan sampai sangat rendah sehingga   dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan dan memperpanjang daya simpannya. Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying) seperti oven (Husein,2009).
Kelemahan pengeringan dengan terik matahari adalah dendeng harus di bolak balik agar pengeringan merata. Selain itu jika dibandingkan dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dip dan proses dapat dikontrol dengan baik dari segi suhu (tidak tergantung kepada keadaan cuaca).Pada pengeringan dendeng, terik matahari atau suhu alat pengering tidak boleh terlalu panas karena permukaan dendeng akan menjadi retak-retak. Sebaliknya, bila sinar matahari kurang panas dan tidak terus-menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh (Desroiser,2012).
Dendeng ikan termasuk olahan tradisional yang menggunakan rempah-rempah dalam proses produksinya .Prinsip pembuatan dendeng adalah subtitusi air dari bahan dengan rempah-rempah sebagai bahan pengawet. Pembuatan dendeng umumnya menggunakan bumbu garam, gula, Iengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir. Dendeng ikan dapat dibuat dengan rasa manis ataupun asin,untuk  dendeng ikan manis pemakaian gula pasir / gula merah berkisar antara 15 — 20% (Effendi, 1979).
Pada praktikum ini, pembuatan dendeng lumat ikan  dilakukan dengan penyiangan dan pembersihan ikan  terlebih dahulu, pelumatan daging ikan , pencampuran bahan dan pembuatan adonan, pencetakan dan pengukusan dan terakhir pengeringan pada oven. Awalnya daging yang sudah dilumatkan sebanyak 240 gr kemudian ditambahkan beberapa bumbu yang telah dihaluskan juga diantaranya garam 6 gr, bawang merah giling 11 gr, bawang putih giling 23gr, asam jawa (tanpa biji) 3gr, ketumbar 4gr,lengkuas giling 7.2 gr, gula merah 45gr. Menurut literatur, campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera makan (Sudarmadji,1997).
Gula yang digunakan adalah gula aren merah,penggunaan gula akan menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi penguapan. Penggunaan bumbu rempah-rempah dalam pengolahan dendeng lumat ikan patin efektif menghambat aroma tengik yang biasanya dihasilkan oleh produk-produk perikanan akibat dari proses oksidasi lemak dan reaksi maillard(Effendi, 1979). Selain itu pemakaian garam jika kurang dari 2% maka rasa akan hambar, sedangkan di atas 2.25% akan menghambat aktivitas mikroba. Garam dapat memberikan rasa, meningkatkan konsistansi adonan serta mengikat air. Penambahan garam pada makanan dapat menghambat pertumbahan jamur/kapang serta menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga adonan menjadi tidak lengket dan mengembang secara berlebihan (Sudarmadji,1997).
Setelah semua bumbu dihaluskan dan ditimbang sesuai dengan ukuran perbandingan yang dibutuhkan, bumbu tersebut disatukan dengan daging ikan lumat yang telah disediakan juga. Semuanya dicampur merata menjadi satu kemudian dilakukan pengukusan selama 10 menit. Pengukusan adalah proses pemanasan yang sering diterapkan dengan menggunakan  banyak air, tetapi air tidak bersentuhan  langsung dengan produk. Adonan dendeng dibiarkan   dalam   panci   tertutup   dan   dibiarkan   mendidih. Pengukusan sebelum pengeringan (pengovenan)  bertujuan untuk membuat tekstur bahan menjadi kompak dan agar daging empuk. Pada saat pengukusan ini,daging lumat dengan penambahan tepung tapioka juga akan mengalami pengelan(gelatinasi). Karena tapioka akan bercampur dengan air yang memang sudah terkandung sebelumnya dalam bahan dan akan menguap jika dikukus akibatnya tekstur semakin terlihat kompak dan ukurannya memenuhi loyang kukusan. Protein miofibril pada ikan juga akan mengalami denaturasi dan berikatan dengan tapioka. Setelah itu sebelum dioven (dikeringkan) adonan setelah kukusan dicetak ke dalam loyang dengan ketebalan ± 2mm atau <0.05 cm (Hadiwiyoto,1993)
Kemudian dilakukan pengovenan, pengovenan dilakukan selama sehari dengan suhu 50°c. Perlakuan ini dimaksudkan agar kadar air setelah pengukusan dapat berkurang dan menjadi bahan pangan semi kering. Pengukuran kadar air pada setiap bahan pangan sangat penting, tinggi atau rendahnya kandimgan air dalam bahan pangan akan menentukan mutu akhir dari suatu produk termasuk dendeng lumat ikan, bila dikonsumsi masyarakat. Setelah proses pengeringan ini maka dendeng berubah warna dan mengalami pengecilan ukuran dari ukuran sebelumnya. Pada praktikum terlihat bahwa ukuran dendeng menjadi lebih kecil yaitu menjadi ¾ dari bagian loyangnya. Ini menunjukkan kadar air pada dendeng telah berkurang atau bahkan sudah habis akibat pengeringan pada oven.
Pada perlakuan A1 untuk kelompok 2 perbedaannya dengan kelompok lain adalah  ditambahkannya tepung tapioka sebanyak 45 gr untuk 240 gr daging lumat ikan saat pencampuran adonan dendeng. Pada umumnya tapioka digunakan sebagai pengental pada tumisan karena efeknya bening dan kental saat dipanaskan. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Selain sebagai pengental, tapioka juga digunakan untuk pengenyal pada bakso. Tepung tapioka mempunyai kandungan. karbohidrat cukup tinggi yaitu 85.0%. Fungsi dari tepung tapioka pada bahan makanan yaitu sebagai pengikat dan pengembang. Ini merupakan salah satu sifat pati yang mudah membengkak dalam air panas. jumlah tepung tapioka yang paling baik digunakan adalah 10-15% dari berat daging lumatnya. Tepung tapioka atau pati ditambahkan untuk meningkatkan kelembutan, memudahkan penanganan, memperbaiki tekstur dan membantu pengembangan pada pori (Husein,2009).
 Perbedaan antara ikan dendeng dengan penambahan tepung tapioka dan yang tidak ditambahkan tepung tapioka adalah bentuk yang kompak dan tidak patah pada adonan dendeng sebelum dan sesudah dikukus maupun setelah dioven. Dalam hal ini bentuk yang kompak terjadi karena tapioka akan mengikat bahan-bahan lainnya dalam adonan. Tapioka akan membentuk gel karena terjadi proses gelatinasi pada dendeng setelah dendeng dikukus. Protein pada ikan yaitu protein miofibril akan bekerja sama dengan kandungan pati tapioka menyamakan bentuk dendeng sehingga terbentuk tekstur yang lebih kompak dibandingkan dengan ikan lumat yang tidak menggunakan tapioka begitupula dengan ikan fillet. Ini diperkuat dengan  literatur yang menyaakann bahwa fungsi penambahan tepung tapioka adalah untuk membentuk adonan atau menyatukan semua bahan, menghemat biaya produksi, membentuk tekstur,sebagai pengemulsi dan mengikat air pada adonan (Winarno, 1993). 
Namun disamping itu ada sisi negatif dari penambahan tapioka jika ditambahkan telalu banyak pada bahan pembuatan dendeng ikan lumat di praktikum ini, penambahan tepung tapioka dalam pembuatan dendeng ikan lumat akan mengakibatkan konsentrasi gula dalam adonan menjadi semakin sedikit sementara gula diperlukan untuk melunakkan produk. Semakin sedikit ditambahkan tepung tapioka,maka  konsentrasi gula dalam adonan akan banyak. Tepung tapioka yang ditambahkan kemudian berinteraksi dengan protein dan mengalami reaksi hingga menghasilkan warna coklat pada dendeng lumat ikan patin. Pada saat praktikum warna dendeng lumat dengan penambahan tapioka sebelum dioven berwarna coklat agak terang namun ternyata setelah dioven dan digoreng warna yang terbentuk adalah coklat gelap sekali. Menurut literatur,warna coklat gelap dari dendeng ikan tersebut terbentuk akibat adanya reaksi non-enzimatis (Reaksi Maillard), yaitu reaksi antara gula pereduksi dari gula campuran dan gugus amino primer dari asam amino yang berasal dari protein ikan. Prinsip reaksi yang terjadi pada reaksi Maillard adalah reaksi antara gula tereduksi dan bahan-bahan yang digunakan. Penambahan tepung tapioka pada pengolahan dendeng ini juga mempengaruhi kadar proteinnya. Rata-rata kadar protein dendeng lumat ikan patin kadar proteinnya semakin rendah dengan semakin banyak jumlah tepung yang ditambahkan (Husein,2009).
Pada praktikum yang telah dilakukan terlihat perbedaan pada hasil pengamatan, ikan lumat tanpa penambahan tapioka akan berwarna coklat gelap , begitupula pada ikan fillet warna ikan menjadi coklat gelap sekali sebelum dilakukannya pengovenan,dan seteleah dikukus air banyak terlihat pada dendeng ini. namun setelah dioven warna menjadi coklat agak gelap lebih terang dari sebelum pengovenan serta pada ikan fillet warna menjadi jauh lebih terang dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan reaksi mailard hanya terjadi pada protein ikan saja dan tidak ada tapioka sebagai penghubungn reaksi mailard pada daging ikan.
Dari segi tekstur dendeng tanpa penambahan tepung tapioka adonan daging ikan lumat terlihat agak buyar hal ini dikarenakan tidak ada bagian yang bekerja menjadi pengikat sehingga tekstur tidak kompak, sedangkan pada ikan fillet tekstur menjadi kasar karena bumbu tidak teradon merata namun kebalikannya terlihat pada yang ditambahkan tapioka setelah pengovenan tekstur menjadi padat dan keras serta sulit untuk dirobek karena tapioka bekerja mengikat bahan.
 Pada daging lumat ikan tanpa penambahan tapioka setelah dilakukan pengovenan ini dendeng menjadi kering namun lebih mudah di belah,pada ikan fillet bagian dalam daging ikannya tidak begitu keras dan khas aroma rempah tidak tercium begitu pula pada ikan fillet. Pada aroma dari dendeng tanpa penambahan tepung tapioka khas aroma rempah tercium sedikit pada pengovenan hari pertama setelah pengovenan selesai rasa ikannya lebih mendominasi dibandingkan rasa rempahnya. Sedangkan yang menggunakan tepung tapioka aroma sudah sangat jelas tercium sejak hari pertama pengovenan, hal ini dikarenakan tapioka mengikat bahan-bahan termasuk bumbu rempah yang digunakan. Aroma rasa khas dendeng lumat ikan dengan tepung tapioka ini cenderung ke arah bumbu rempah-rempah dan gurih. Rasa gurih pada dendeng lumat ikan  ditimbulkan dari penambahan garam dan adanya asam glutamat yang cukup banyak dalam daging ikan  yang diikat oleh tepung tapioka sehingga aroma ikannya tertutup dengan aroma rempah.
Pada kelompok yang lain, dilakukan penambahan senyawa alginat. Senyawa alginat memiliki kegunaan yang hampir sama dengan tapioka. Alginat digunakan oleh industri makanan karena sifat unik koloidnya yang meliputi pengental, penstabil, pensuspensi, pembentuk film, pembentuk gel dan penstabil emulsi. Kelebihan yang dimiliki alginat adalah sebagai bahan tambahan pada daging ikan lumat untuk memperbaiki tekstur dan digunakan pada produk-produk daging karena kestabilan alginat terhadap suhu sehingga dapat menguntungkan untuk perlakuan dengan oven. Alginat juga mempunyai sifat dapat mengikat air (water holding capacity).Penambahan alginat pada pembuatan dendeng tidak sebegitu jelas perbedaan warna yang terbentuk dengan yang tidak menggunakan alginat dari segi warna sebelum dioven yaitu warna coklat biasa tidak terlalu gelap. Begitupula setelah di oven warna akan mencoklat menjadi terang karena tetap terjadi proses pencoklatan di dalam bahan. Tekstur adonan yang kalis lembek dan lembut menyatu karna alginat, setelah di oven menjadi keras dan agak sulit dibelah namun dari segi rasa juga hampir sama dengan yang ditambah tapioka yaitu aroma rempah lebih tercium dibandingkan aroma ikannya (Guiry,2002).
Kesalahan praktikum yang telah dilakukan adalah, dendeng pada kelompok 1,2,dan 3 dioven cukup lama. Seharusnya dendeng cukup dioven satu hari saja agar tidak menimbulkan tekstur yang sangat kering karena pada dasarnya dendeng merupakan panganan semi basah sehingga kadar air pada dendeng tidak begitu banyak yang berkurang. Selain itu pada praktikum ini dendeng yang dicetak tidak setipis dendeng biasanya. Ketebalannya masih sangat besar sekitar 1 cm padahal ketebalan dendeng seharusnya hanya ± 2mm saja karena keterbatasan dari alat seharusnya menggunakan alat penggiling untuk meratakan adonan agar ketebalannya seragam.












V. KESIMPULAN
Dari praktikum ini didapatkan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Produk dendeng menggunakan prinsip subtitusi air dari bahan dengan rempah-rempah sebagai pemberi cita rasa,  menambah aroma  serta sebagai bahan pengawet karena rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba.
2. Pengukusan berguna untuk membuat tekstur bahan menjadi kompak dan agar daging empuk,produk akan mengalami pengelan(gelatinasi) karena tapioka akan bercampur dengan air yang terkandung dalam bahan sehingga ukurannya memenuhi loyang kukusan.
3. Adapun sisi positif  dari penambahan tapioka adalah daging dendeng lumat akan diperbaiki teksturnya sehingga terlihat bentuk yang kompak dan tidak patah pada adonan dendeng sebelum dan sesudah dikukus maupun setelah dioven.
4. Adapun sisi negatif jika tapioka ditambahkan telalu banyak adalah  konsentrasi gula dalam adonan menjadi semakin sedikit sementara gula berfungsi untuk melunakkan produk dengan mengurangi penguapan.
5. Warna dendeng lumat dengan penambahan tapioka sebelum dioven berwarna coklat agak terang, setelah dioven dan digoreng warna yang terbentuk adalah coklat gelap sekali karena ada interaksi dengan protein miofibril dan mengalami reaksi hingga menghasilkan warna coklat pada dendeng lumat ikan.
6. Tekstur dendeng tanpa penambahan tepung tapioka adonan daging ikan lumat terlihat agak buyar karena tidak ada bagian yang bekerja menjadi pengikat sehingga tekstur tidak kompak, namun jika ditambahkan tapioka bentuk akan sama dan kompak karena terjadi gelatinasi.
7. Aroma dendeng dengan penambahan tapioka sudah tercium sejak hari pertama pengovenan karena tapioka mengikat bahan-bahan termasuk bumbu rempah yang digunakan.
8. Rasa gurih pada dendeng lumat ikan dengan tapioka ditimbulkan dari bahan-bahan yang diikat oleh tepung tapioka sehingga rasa  ikannya bergabung dengan rasa rempah.
9. Tapioka dan alginat memiliki prinsip yang sama yaitu sebagai bahan tambahan pada daging ikan lumat untuk memperbaiki tekstur dan digunakan pada produk-produk daging karena bersifat dapat mengikat air.
















DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2007. Pengantar Teknologi perikanan. Gramedia. Jakarta.
Bahar,H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Galia Indonesia. Jakarta.
Desroiser, W. dan Nourman.1998. Teknologi Pengawetan Pangan. Peneqemah Mulchji Muljoharjo. Universitas Indonesia. Jakarta. 614.
Dewita dan Syahrul. 2012. Kajian Diversifikasi Ikan Patin (Pangasius sp) Dalam   Bentuk Konsentrat Protein Ikan. Lembaga penelitian. Universitas Riau.
Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta.
Guiry MD. 2002. Alginates. http://seaweed.ucg.ie/SeaweedUsesGeneral
Alginates.html.
Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid I. Yogyakarta: Liberty.
Husein, Rahmad N . 2009. Pegaruh Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Mutu Dendeng Ikan Runcah. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Riau. Pekanbaru (Tidak diterbitkan).
Margono,Tri, Detty Suryati,Sri Hartinah. 1993. Dendeng ikan. Kantor deputi. Menegristek bidang penyalahgunaan dan pemasyarakatan ilmu pengetajuan dan teknologi.
Paranginangin R. 2002. Dendeng Tawes. Di dalam: Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Pascapanen Perikanan. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Sudarmadji, S., Bambang dan Suhandi. 1997. Prosedur Analisa untuk bahan makanan dan pertanian. Liberti. Yogyakarta.

Susanto dan Amri. 1996. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarno FG. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.




review jasa pengiriman (ekspedisi) J&T Express

Dear J&T Express...... ini adalah review kekecewaan customer terhadap pelayanan jasa pengiriman kurir J&T. 1. Pengalaman merasak...